Tulisan ini sebuah refleksi pribadi saya yang sengaja
diangkat dari pribadi saya yang langsung merasai waktu,
tempat, dan sebuah kondisi. Mengapa mengangat kasus Tuhan itu tidak ada?
Begini ceritanya:
Saya ini lahir ketika orde baru masih berkuasa. Beranjak
besar pun orde baru masih berkuasa. Beranjak besar yang saya maksud adalah
ketika pakaian putih merah masih saya kenakan. Karena masih SD kehidupan saya
seperti kebanyakan anak-anak lainnya, main layangan, kelereng, sampai-sampai
tercebur ke selokan karena rem sepeda blong.
Hal-hal seperti itu saya alami bersama—sebut saja Arya-
salah satu teman rumah. tinggalnya tidak terlalu jauh kira-kira 200 meter dari
rumah bude saya, sebut saja Wati. Sewaktu kecil saya tinggal tidak di daerah
rumah Arya, hanya saja setiap sekolah SD saya dekat dengan rumahnya dan rumah
saudara saya. SD tempat saya belajar pun banyak beberapa sepupu saya yang
masuk, bahkan ada yang jadi teman sekelas. Jadi, setiap pulang sekolah, sebelum
ayah dan bunda saya menjemput, saya di rumah bude Wati dulu kemudian sering
bermain dengan Arya, juga dengan beberapa sepupu saya tentunya.