Laman

Senin, 28 Januari 2013

Selalu Mengingat

Sudah tiga bulan Rama dan Vina menjalin hubungan asmara. Awalnya Rama menyatakan cintanya terlebih dahulu. Vina pun menerima Rama untuk jadi kekasihnya, karena Vina juga mencintai Rama. Saat itu Rama meyakinkan bahwa Vina adalah perempuan yang telah menjerat hatinya hingga ia asik dalam jeratannya di mana dunia serta segala sesuatu selain Vina adalah yang kedua.


Vina menjadi tajuk utama pikiran Rama. Tidak pernah sekalipun Rama tidak menghubungi Vina. Vina benar-benar menjadi ratu, ia bercokol di sebuah singgasana hati seorang yang amat tulus mencintainya. Vina pun memiliki ketulusan hati hingga Rama juga menjadi seorang yang bertindak di mana ia tidak pernah berpikir kalau tindakannya untuk Vina akan sia-sia. 

Sungguh mereka berdua, waktu itu, menjadi pasangan favorit di mata teman-teman sebaya. Pujian-pujian dari teman-teman tak pernah terlewatkan untuk Vina dan Rama. Betapa banyak orang iri atas hubungan mereka.
Suatu ketika Rama pernah mengatakan sesuatu pada Vina, “tidak pernah terlintas keadaanmu berubah dalam kondisi hati. Aku tetap mencintaimu dan kau tetap menjadi pemilik sejati hati ini”. Vina mendengar itu, seketika matanya berbinar laksana bintang, “Rama, tugasku dari Tuhan hanyalah merawat singgasana itu. Walau segala sesuatu usang, kuyakin singgasana itu tetap menjadi tempat terindah bagiku”.

“keusangan tidak akan menjadi bagian dari hatiku, bahkan hatiku tidak akan berubah menjadi usang sebagaimana materi”. Rama mencoba mengkrudungi Vina dengan segenap janji cinta yang tidak pernah diberikan kepada siapapun. Rama sangat amat menjadikan Vina hiasan di hatinya, meskipun cinta dihatinya adalah hiasan itu sendiri bagi dirinya. 

**

Perjalanan cinta mereka sudah berjalan satu tahun. Dalam hati, Vina telah menjadikan diri kekasihnya, Rama, sebagai pahatan terindah. Dinding-dinding rongga mulut, tepian bibir, pikiran hanya ada Rama. Bahkan air mata Vina saat menangis membunyikan nama Rama. Rama ibarat air yang tiada hentinya keluar dari sumbernya, yakni Vina.

Vina merasa kehilangan Rama, padahal sejatinya ia tidak sedang kehilangan kekasihnya. Hari-harinya penuh dengan kegundahan. Menurutnya Rama berubah ketika ia mendengar rama bertutur, “aku terus-terusan mengingatnya”. Vina meyakini bahwa Rama sedang dirasuki bayang kekasihnya, kadang kekasih baru dalam hingga satu singgasana hati menjadi untuk dua ratu. 

Hanya dunia ini saja, menurut Vina, dapat menampung individu-individu yang banyak, sedangkan hati hanya untuk yang dicinta. Walaupun Vina sedang dirudung kegalauan komunikasi dengan Rama tetap menyambung. Ia tidak ingin merusak suasana kebersamaan yang sudah lumayan lama dijalani. Ia juga tidak siap bertanya kepada Rama perihal orang yang diingatnya.

Vina tidak memiliki amarah terhadap Rama. Memang air mata sering jatuh bertubi-tubi dalam daratan pipi. Gelisah juga bukan sekedar mampir dalam hati, tapi ia menjadi bayangan Vina, di manapun ia berada. 

Rama juga tidak pernah bertanya keadaan Vina, karena ia tidak tahu apa yang dirasa kekasihnya. 

**

Akhirnya pada suatu hari, Vina membulatkan tekad untuk bertanya kepada Rama tentang yang diingatnya. Dengan degupan jantung yang tidak berjalan lembut, gemetar tubuh memberatkan langkah, rasa gelisah meringkuk di jiwa, banya beban ia rasakan.

Setelah bertemu dengan Rama, matanya bergambar seribu rasa kagum terhadap lelaki yang menjadikan hatinya sebagai sebuah singgasana. Vina dengan begitu lembut mendaklarasikan perasaannya, “aku begitu terpesona dengan keindahaan esensial di dalam dirimu, rama. Semoga saja ini bukan rasa mabuk cintaku, tapi memang begitulah adanya dirimu. Keberadaanmu begitu melingkupiku.”

Rama memiringkan kepalanya. Ia tersenyum, membalas ucapan “aku hanya ingat kalau tidak pernah menjadi usang dalam hati ini”. 

“Tapi, bukankah ada yang kau ingat?. Siapakah dia itu, kekasihku?. Tidak mungkin satu singgasana untuk dua orang ratu!!.” Begitu runyam wajah Vina, begitu bertambah kekaguman Rama terhadap Vina.

Rama menarik nafas panjang. Mencoba bangkit dari duduk. Kepalanya tetap tertunduk dan berkata, “segala sesuatu mengingatkan aku pada diriNya. Melihatmu adalah cara paling indah untuk mengingatNya. Kau adalah jelmaanNya. Vina, ketahuilah, keindahanmu begitu memuncak hingga Dia, yang selalu ada tanpa diketahui akal, tergambar di dirimu dan begitu jelas.”

Vina pun terkejut dan tertunduk. Sembari menangis ia bergumam dalam hatinya, “Tuhan, apa yang telah aku lakukan hingga ada seseorang yang melihatMu di dalam diriku ini”?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar