Sudah tiga bulan Rama dan Vina menjalin hubungan asmara. Awalnya Rama menyatakan cintanya
terlebih dahulu. Vina pun menerima Rama untuk jadi kekasihnya, karena Vina juga
mencintai Rama. Saat itu Rama meyakinkan bahwa Vina adalah perempuan yang
telah menjerat hatinya hingga ia asik dalam jeratannya di mana dunia serta segala
sesuatu selain Vina adalah yang kedua.
Vina menjadi tajuk utama pikiran
Rama. Tidak pernah sekalipun Rama tidak menghubungi Vina. Vina benar-benar
menjadi ratu, ia bercokol di sebuah singgasana hati seorang yang amat tulus
mencintainya. Vina pun memiliki ketulusan hati hingga Rama juga menjadi seorang
yang bertindak di mana ia tidak pernah berpikir kalau tindakannya untuk Vina
akan sia-sia.
Sungguh mereka berdua, waktu itu,
menjadi pasangan favorit di mata teman-teman sebaya. Pujian-pujian dari
teman-teman tak pernah terlewatkan untuk Vina dan Rama. Betapa banyak orang iri
atas hubungan mereka.
Suatu ketika Rama pernah mengatakan sesuatu
pada Vina, “tidak pernah terlintas keadaanmu berubah dalam kondisi hati. Aku
tetap mencintaimu dan kau tetap menjadi pemilik sejati hati ini”. Vina
mendengar itu, seketika matanya berbinar laksana bintang, “Rama, tugasku dari
Tuhan hanyalah merawat singgasana itu. Walau segala sesuatu usang, kuyakin
singgasana itu tetap menjadi tempat terindah bagiku”.
“keusangan tidak akan menjadi
bagian dari hatiku, bahkan hatiku tidak akan berubah menjadi usang sebagaimana
materi”. Rama mencoba mengkrudungi Vina dengan segenap janji cinta yang tidak
pernah diberikan kepada siapapun. Rama sangat amat menjadikan Vina hiasan di
hatinya, meskipun cinta dihatinya adalah hiasan itu sendiri bagi dirinya.
**
Perjalanan cinta mereka sudah
berjalan satu tahun. Dalam hati, Vina telah menjadikan diri kekasihnya, Rama,
sebagai pahatan terindah. Dinding-dinding rongga mulut, tepian bibir, pikiran
hanya ada Rama. Bahkan air mata Vina saat menangis membunyikan nama Rama. Rama
ibarat air yang tiada hentinya keluar dari sumbernya, yakni Vina.
Vina merasa kehilangan Rama,
padahal sejatinya ia tidak sedang kehilangan kekasihnya. Hari-harinya penuh
dengan kegundahan. Menurutnya Rama berubah ketika ia mendengar rama bertutur, “aku
terus-terusan mengingatnya”. Vina meyakini bahwa Rama sedang dirasuki bayang
kekasihnya, kadang kekasih baru dalam hingga satu singgasana hati menjadi untuk
dua ratu.
Hanya dunia ini saja, menurut
Vina, dapat menampung individu-individu yang banyak, sedangkan hati hanya untuk
yang dicinta. Walaupun Vina sedang dirudung kegalauan komunikasi dengan Rama
tetap menyambung. Ia tidak ingin merusak suasana kebersamaan yang sudah lumayan
lama dijalani. Ia juga tidak siap bertanya kepada Rama perihal orang yang
diingatnya.
Vina tidak memiliki amarah
terhadap Rama. Memang air mata sering jatuh bertubi-tubi dalam daratan pipi. Gelisah
juga bukan sekedar mampir dalam hati, tapi ia menjadi bayangan Vina, di manapun
ia berada.
Rama juga tidak pernah bertanya
keadaan Vina, karena ia tidak tahu apa yang dirasa kekasihnya.
**
Akhirnya pada suatu hari, Vina
membulatkan tekad untuk bertanya kepada Rama tentang yang diingatnya. Dengan degupan
jantung yang tidak berjalan lembut, gemetar tubuh memberatkan langkah, rasa
gelisah meringkuk di jiwa, banya beban ia rasakan.
Setelah bertemu dengan Rama,
matanya bergambar seribu rasa kagum terhadap lelaki yang menjadikan hatinya
sebagai sebuah singgasana. Vina dengan begitu lembut mendaklarasikan
perasaannya, “aku begitu terpesona dengan keindahaan esensial di dalam dirimu,
rama. Semoga saja ini bukan rasa mabuk cintaku, tapi memang begitulah adanya
dirimu. Keberadaanmu begitu melingkupiku.”
Rama memiringkan kepalanya. Ia tersenyum,
membalas ucapan “aku hanya ingat kalau tidak pernah menjadi usang dalam hati
ini”.
“Tapi, bukankah ada yang kau
ingat?. Siapakah dia itu, kekasihku?. Tidak mungkin satu singgasana untuk dua
orang ratu!!.” Begitu runyam wajah Vina, begitu bertambah kekaguman Rama
terhadap Vina.
Rama menarik nafas panjang. Mencoba
bangkit dari duduk. Kepalanya tetap tertunduk dan berkata, “segala sesuatu
mengingatkan aku pada diriNya. Melihatmu adalah cara paling indah untuk mengingatNya.
Kau adalah jelmaanNya. Vina, ketahuilah, keindahanmu begitu memuncak hingga
Dia, yang selalu ada tanpa diketahui akal, tergambar di dirimu dan begitu jelas.”
Vina pun terkejut dan tertunduk.
Sembari menangis ia bergumam dalam hatinya, “Tuhan, apa yang telah aku lakukan
hingga ada seseorang yang melihatMu di dalam diriku ini”?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar